ANALISI SEMIOTIKA MAKNA DAN SIMBOL
TARIAN MAENA DI SUKU NIAS
(Kajian Analisis Semiotik Dengan Pendekatan Roland Barthes)
DI SUSUN OLEH :
NAMA : TENDES HARTAWATI LAIA
NIM : 15120042
PROGRAM
STUDY : ILMU KOMUNIKASI
PENELITIAN : METODE PENELITIAN KOMUNIKASI II
DOSEN : Dr. Retor A. W. Kaligis
STISIP WIDURI
JAKARTA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1. LATAR BELAKANG
Komunikasi
adalah "suatu proses di mana seseorang atau
beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain’’. Komunikasi
bisa berlangsung secara verbal dan non verbal, komunikasi secara verbal
adalah sebuah bentuk komunikasi atau proses penyampaian sebuah pesan atau
informasi yang di lakukan seseorang kepada orang lain menggunakan media lisan
atau tulisan dalam menyampaikan pesan tersebut, media yang paling umum di lakukan
untuk menyampaikan pesan tersebut adalah bahasa. Dan komuniasi non verbal
adalah komunikasi dimana proses penyampaian pesan atau informasi dengan tidak
menggunakan kata-kata, non verbal biasanya menggunakan isyarat-isyarat dalam
penyampaian seperti bahasa tubuh, espresi wajah,isyarat gerak atau gesture,
kontak mata,intonasi suara dan gerak tubuh, seperti dalam halnya penyampaian
pesan melaui tari maena di suku nias yang menggunakan komunikasi non verbal. Dalam
berbagai kegiatan seni dinyatakan sebagai karya-karya seni rupa dan seni
pertunjukan. Dalam bentuk yang bagaimanapun karya seni rupa, musik, tari, drama atau sastra, memiliki corak kehidupan
batin manusia yang khas, dengan diberkati kepekaan perasaan estetis yang
relatif untuk mengembangkan ide, motif atau tema karya seni selengkapnya.
Berdasarkan
pada bentuknya kesenian dapat dibagi atas 3 (tiga) kategori, yaitu seni
rupa (visual art), seni pertunjukan (performing
art) dan seni arsitektur . Kesenian dalam perwujudan
kultural dengan sangat jelas memperlihatkan keanekaragaman tradisi di tanah air
kita. Bisa dikatakan bahwa bukan saja kesatuan-kesatuan etnis-kultural atau
suku-bangsa yang mempunyai kesenian yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya, bahkan terkadang komunitas-komunitas kecil memperlihatkan versi-versi
yang berbeda dari bentuk dan perwujudan tari yang sama.
Secara keseluruhan tari
itu dapat dibagi atas tiga kelompok besar , yaitu :1. Tari sepenuhnya, yang dapat dibagi atas dua
golongan, yaitu : a. yang tak mengandung
cerita, b.yang mengandung cerita.2. Tari
yang terpadu dengan unsur seni lain : a.
terpadu dengan dialog, b. terpadu
dengan nyanyian, c. terpadu dengan dialog dan nyanyian. 3. Tari yang terpadu
dengan permainan : a. dengan akrobatik, b.dengan demonstrasi kekebalan,
c.dengan sulapan seni tari.
Sesuai
dengan apa yang kita ketahui bahwa tari merupakan bagian dari kesenian. Tari
merupakan gerakan badan (tangan, dsb) yang berirama dan biasanya diiringi
dengan bunyi-bunyian (musik, gamelan dst) . Seni tari merupakan seni
menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik.
Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan atau
emosi, atau menceritakan suatu kisah, dapat pula digunakan untuk mencapai
keadaan semacam mabuk atau tak sadar bagi yang menarikannya.
Kemungkinan-kemungkinan yang demikian itu, menjadikan tari sebagai ciri pokok
pada kehidupan agama, masyarakat dan seni dalam kebudayaan pada umumnya dan
tari juga selalu di jadikan sebagai penyampaian pesan melalui makna yang terkandung
di dalamnya dengan simbol dan tanda.
Ciri
khusus tarian Indonesia adalah terikat dengan tanah, posisinya bisa duduk,
berlutut,berdiri, membungkuk ataupun setengah membungkuk. Kaki dan tangan serta
gerakan badan dan syair sama pentingnya. Untuk mengetahui setiap makna dari
setiap gerakan tarian itu perlu penelitian dan ketekunan yang tinggi , seperti
halnya tarian maena di suku nias yang memiliki makna dibalik setiap gerakannya
yang tidak banyak orang tahu, bahkan orang-orang nias sekalipun jarang yang
peduli dengan makna di balik tarian itu sendiri dimana mereka hanya mengikuti
dan melakukannya hanya sebagai budaya dan sebagai adat warisan serta sebatas
menghargai adat nenek moyang itu sendiri, tanpa peduli sejarah dan asal usul
tari itu sendiri dan apa pesan di balik dari tarian itu sendiri baginya dan
orang lain.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka penulis dapat
merumuskan permasalahan mengenai: makna apa yang terkandung dalam tarian maena ?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang makna tarian
maena di suku nias yang memiliki banyak jenis tarian unik salah satunya tari
Maena.
4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain :
1. Manfaat Teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi rekan-rekan mahasiswa yang
mengadakan penelitian, serta dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menumbuhkan rasa bangga kepada masyarakat suku nias, khusunya anak-anak muda
nias, serta pecinta seni dan tari.
A.
Defenisi konsep
·
Gerakan :
Gerak adalah suatu perubahan tempat kedudukan
pada suatu benda dari titik keseimbangan awal. Tari maena menggunakan tiga
unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tari maena: garakan badan, gerakan
kaki dan tangan. Tarian maena merupakan tarian yang unik karena pembawannya
yang bisa di lakukan secara massal.
·
Syair :
Syair ialah jenis puisi
melayu lama yang berangkap dan setiap rangkapnya mengandung 4 baris ayat yang
kesemuanya membawa makna isi dan maksud. Syair maena atau fanehe maena yang di lantunkan semua penari
sambil menari. Keempat-empat baris itu pula berirama sama.
Syair sering membawa makna isi yang berhubung dengan kias ibarat. Sindiran, nasihat, pengajaran, agama dan juga berasalkan sejarah atau dongeng, dan sesuai dengan tema acara.
Syair sering membawa makna isi yang berhubung dengan kias ibarat. Sindiran, nasihat, pengajaran, agama dan juga berasalkan sejarah atau dongeng, dan sesuai dengan tema acara.
·
Tari Maena
Tari
maena adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Nias,
Sumatera Utara. Tarian ini termasuk jenis tarian rakyat yang dilakukan
secara bersama-sama atau massal. Tari Maena ini biasanya
sering ditampilkan di berbagai acara, seperti penyambutan tamu terhormat,
pernikahan, dan acara seremonial adat Nias lainnya.
Menurut sejarahnya, Tari Maena ini merupakan salah satu tarian tradisional
masyarakat suku Nias yang sudah ada sejak dahulu kala, dan sudah diwariskan
secara turu-temurun hingga sekarang. Sejak dulu tarian ini sering dilakukan
sebagai bagian dari seremonial adat masyarakat suku Nias. Kebiasaan tersebut
kemudiaan terus berlanjut dan masih sering dilakukan hingga sekarang.
Dalam Tari Maena bisa diikuti oleh para penari pria maupun wanita. Untuk
jumlah penari dalam acara seremonial adat biasanya tidak ditentukan,
sehingga bisa diikuti oleh siapa saja. Dalam pertunjukannya, biasanya diawali
dengan pantun yang dibawakan oleh Sanutuo Maena (tetua
adat/sesepuh suku). Untuk pantun yang dibawakan biasanya disesuaikan
dengan tema acara. Kemudian dilanjutkan dengan syair maena (fanehe maena)
yang dilantunkan semua penari sambil menari. Gerakan dalam Tari Maena ini sebenarnya cukup sederhana, sehingga tidak
memerlukan latihan khusus untuk melakukannya. Gerakan tersebut meliputi gerakan
tangan dan kaki yang digerakan seirama maju mundur, maupun ke kiri dan ke
kanan. Sedangkan untuk formasi para penari bisa berbentuk melingkar atau
berbaris. Formasi tersebut tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
·
Fungsi tari
Maena
Seperti yang dijelaskan
sebelumnya, Tari Maena difungsikan sebagai tarian hiburan atau bagian dari
prosesi seremonial suatu acara. Bagi masyarakat suku Nias sendiri, tarian ini
tentu memiliki makna khusus didalamnya, salah satunya adalah makna persatuan
dan kebersamaan. Hal ini juga terlihat dari bagaimana mereka menari dan
melakukannya secara bersama-sama dengan penuh suka cita. Semakin banyak yang
mengikuti, suasana acara menjadi semakin hangat dan meriah.
·
Pertunjukkan
tari Maena
Dalam Tari Maena bisa
diikuti oleh para penari pria maupun wanita. Untuk jumlah penari dalam acara seremonial
adat biasanya tidak ditentukan, sehingga bisa diikuti oleh siapa saja.
Dalam pertunjukannya, biasanya diawali dengan pantun yang dibawakan
oleh Sanutuo Maena (tetua adat/sesepuh suku). Untuk pantun yang
dibawakan biasanya disesuaikan dengan tema acara. Kemudian dilanjutkan dengan
syair maena (fanehe maena) yang dilantunkan semua penari sambil menari.
Pertunjukan
tari Maena biasanya di adakan saat-saat:
a) Pesta pernikahan
b) Penyambutan tamu (orang berpengaruh seperti bupati,
presiden, dan lain-lain sebagainya)
c) Pesta rakyat
d) Penyambutan pemimpin baru
e) Peresmian rumah baru ( biasanya oarang berpengaruh
dalam masyarakat)
f) Mengiring kematian para tetua adat
g) Dan lain-lain sebagainya.
Setiap Maena yang di bawakan memiliki gaya tari dan
gerakan yang sama yang membedakanya
hanyalah syair Maenanya.
·
Pengiring Tari Maena
Dalam pertunjukan Tari Maena
pada dasarnya hanya diiringi oleh lagu atau syair yang dilantun oleh para
penari. Kemudian para penari menari dengan gerakan yang disesuaikan dengan
tempo atau irama lagu tersebut. Namun ada juga beberapa yang diiringi alat
musik tradisional Nias, terutama pada acara yang bersifat pertunjukan, agar
terlihat semakin meriah dan menarik.
·
Kostum Tari Maena
Kostum yang digunakan para
penari dalam pertunjukan Tari Maena biasanya merupakan busana adat Nias. Namun
penggunaan kostum ini juga disesuaikan dengan acara, sehingga ada juga yang
menggunakan busana bebas untuk mengikuti tarian ini. Selain itu, karena Tari
Maena merupakan tarian suka cita, sehingga para penonton yang tidak menggunakan
busana adat pun diperbolehkan untuk mengikutinya.
·
Perkembangan Tari Maena
Dalam perkembangannya, Tari
Maena masih terus dilestarikan dan dikembangkan hingga sekarang. Tarian ini
masih sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu terhormat,
pernikahan dan seremonial adat lainnya. Selain itu Tari Maena juga sering
ditampilkan di berbagai acara budaya seperti pertunjukan seni, festival budaya,
bahkan promosi pariwisata.
B. KERANGKA TEORI
Sesuai
dengan yang dijelaskan di atas, penelitian ini menggunakan teori “analogi
kultural” yaitu teori yang membahas komunikasi non verbal, dari aspek
“proxemics dan chronemics”. Mengenai proxemics, Hall mengacu kepada penggunaan
ruang sebagai ekspresi spesifik dari kultur. Mengenai Chronemics, Hall
mengemukakan bahwa norma-norma waktu ditemukan dalam berbagai kultur dalam
bentuknya yang berbeda-beda. Disini, Tari Maena dianggap sebagai
ruang atau wadah untuk mengekspresikan suatu kebudayaan yang ada dalam setiap
kultur masyarakat khusus nya masyarakat nias. Adapun dalam Tari Maena terdapat
sarat akan makna. Sebuah tarian tidak begitu saja diciptakan, namun ada hal-hal
yang melatar belakanginya. Dan juga mengandung makna-makna yang dalam serta
motivasi.
Pulau Nias yang
merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan potensi besar dalam
kepariwisataan tentunya menyimpan banyak daya tarik wisata yang dapat
dinikmati. Daya tarik yang dimaksud seperti kehidupan masyarakat yang unik,
tempat-tempat wisata yang khas, rumah adat Nias sebagai salah satu wujud motivasi
serta pesan-pesan. kebersamaan dan rasa gotong royong di
masa lampau, berbagai jenis tarian daerah, dan sebagainya.
Sebutan Pulau Nias
dalam bahasa Niasnya sering disebut “Tanö Niha” yang artinya “tanah manusia”
sedangkan orang Nias sering disebut Ono Niha yang artinya “anak manusia.” Dalam
kehidupan sehari-hari, sebagian besar masyarakat Nias masih menggunakan bahasa
daerah Nias untuk berkomunikasi satu sama lain. Tetapi saat ini, ada banyak
kalangan masyarakat lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia dalam proses
berkomunikasi. Kaum muda berada di urutan teratas untuk kebiasaan ini. Menurut
pendapat sebagian pihak, berkomunikasi dalam bahasa daerah Nias menimbulkan
rasa malu dan dianggap telah ketinggalan zaman. Harus diakui bahwa banyak
kebudayaan asli milik Nias telah banyak berubah karena dipengaruhi berbagai
penyebab. Modernisasi zaman dengan pengaruh budaya barat merupakan faktor yang
paling dominan mempengaruhi.
Selain itu, tingkat
pengetahuan masyarakat yang rendah terhadap manfaat budaya turut serta menjadi
penyebabnya. Tarian daerah suku Nias adalah salah satu hasil budaya yang
seyogianya pada masa lampau dapat diperankan oleh setiap orang terutama kaum
muda, akan tetapi di masa sekarang ini telah jauh berbeda dan menunjukkan
tingkat kemunduran. Tari Maena dan Tari Moyo adalah salah satu di antaranya.
Tari Maena adalah tarian kolosal yang penuh sukacita. Tari Maena seringkali
menjadi pertunjukkan hiburan ketika Suku Nias menyelenggarakan pesta pernikahan
adat. Tari Maena yang merupakan milik seluruh masyarakat Nias menggambarkan
suatu simbol untuk memuji mempelai laki-laki dan keluarganya. Tarian ini sangat
simpel dan sederhana, tetapi mengandung makna kebersamaan, kegembiraan,
kemeriahan. Tari Maena tak kalah menarik dengan tarian-tarian lain yang ada di
Nusantara. Gerakannya yang sederhana membuat hampir semua orang bisa
melakukannya. Kendala dan kesulitan yang dihadapi mungkin terletak pada
rangkaian pantun-pantun Maena yang harus disesuaikan.
Rangkaian pantun-pantun Maena biasanya dikenal
dalam bahasa Nias sebagai “fanutunö Maena.” Lain halnya dengan Tari Moyo yang
diperankan oleh kaum perempuan. Nama tari “Moyo” yang dapat diartikan dalam
Bahasa Indonesia yakni “Elang” merupakan suatu tarian yang khas dengan gerakan gerakan
lincah dan lemah gemulai. Tetapi di balik gerakan tersebut tersirat makna
kegagahan seperti burung elang itu sendiri. Hal ini menyimbolkan bahwa orang
Nias gagah berani terutama dalam menghadapi musuh. Makna lain adalah kewibawaan
dan sikap optimis yang dapat kita amati ketika burung elang menerkam mangsa.
Tidak ada sikap keraguan dalam benaknya, dan hal ini dimaknai juga bahwa orang
Nias memiliki sikap optimis dan sekali maju tetap maju. Tari Moyo ini awalnya
begitu populer di mata masyarakat karena kaum perempuan Nias yang beranjak
dewasa sangat senang mempelajarinya. Tetapi keadaan berbanding terbalik justru
terjadi saat ini. Tingkat minat masyarakat melakonkan Tari Moyo yang sangat
rendah, perhatian pemerintah daerah yang sangat kurang adalah faktor-faktor
penyebabnya. Padahal sebenarnya, kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan secara
maksimal untuk proses sosialisasi dan pengenalan ke dunia internasional.
Selain itu, penelitian
ini juga menggunakan teori interaksionalisme simbolik. Perspektif interaksional
menonjolkan keagungan dan nilai individu diatas segala pengaruh yang lainnya.
Manusia dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, saling berhubungan,
masyarakat dan buah pikiran yang di sampaikan melalui simbol, tanda dan makna
secara nonverbal. Tiap bentuk interaksi sosial itu dimulai dan berakhir dengan
mempertimbangkan diri manusia. Selain itu prose
sosial dari penunjukan diri dan pengambilan peran itu memungkinkannya
untuk saling berinteraksi dan bertindak yang dilakukan oleh para anggota yang
dapat ditentukan dari wujud kelompok.
Pada
waktu individu ini mengambil perannya, ia dapat mengizinkan orang lain untuk
mengarahkan tindakan individunya sehingga sebagai hasilnya, tindakan beberapa
orang atau lebih menjadi saling terstruktur satu dengan yang lainnya untuk
membentuk tindakan kelompok: yakni individu pengambil peran menyelaraskan
tindakannya dengan tindakan orang lainnya. Dengan cara ini maka tindakan yang berbeda-beda oleh
individu yang berlainan terorganisasikan dalam suatu kolektifitas sosial yang
tampak dengan nyata pada para warga yang bukan anggotanya sebagai seperangkat
tindakan yang terorganisasi untuk membentuk tindakan kolektifitas tertentu.
Tindakan kelompok tersebut, berbeda dari tindakan individu yang membentuknya,
karena pengorganisasiannya. Pandangan ini konsisten dengan ungkapan yang
menyatakan bahwa keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya.
C.
MODEL PENELITIAN
Model Analisis Semiotik
Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes
·
SIGNIFIER
(PENANDA)
|
·
SIGNIFIED
(PETANDA)
|
|
·
DENOTATIVE
SIGN
(TANDA DENOTATIVE)
|
||
·
CONOTATIVE
SINGIFIER
(PENANDA KONOTATIF)
|
·
CONOTATIVE
SIGNIFIED (PENANDA KONOTATIF)
|
|
·
CONOTATIVE
SIGN (TANDA KONOTATIF)
|
D. BATASAN
PENELITIAN
Dalam penelitian ini
peneliti membahas tentang tari di suku nias yang unik dan banyak tetapi penulis
hanya mendalamkan penelitian dengan mencari makna pesan yang terdapat dalam
tari Maena khususnya, meskipun beberapa tari di bahas tetapi penulis hanya
fokus pada satu tari saja yaitu tari Maena, apa pesan yang terkandung di dalam
tari tersebut dan makna nya.jadi yang di teliti adalah :
1) Unit
analisis
Unit analisisnya adalah pesan-pesan yang akan
diteliti melalui analisis isi. Pesan yang dimaksud berupa makna gerakan dan
syair dalam Tari Maena di suku Nias.
2)
Lokasi Penelitian
Penelitian ini
berlokasi di Nias kecamatan Telukdalam, Kabupaten Nias selatan, provinsi
Sumatra Utara.
3) Tahapan-tahapan
Penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Mencari
topik yang menarik
Setelah melakukan
beberapa tindakan dan mencari judul melaui internet dan pengalaman sebagai
orang nias dan dulu sempat suka terjun dengan tarian di nias, peneliti
mengumpulkan hal dari eksplorasi untuk memilih salah satu topik yang menarik
untuk diteliti. Akhirnya peneliti memutuskan memilih topik tentang Analisi
semiotika makna makna dan simbol gerakan dan syair dalam Tari Maena.
2) Membuat
pertanyaan penelitian yang menarik
Dalam proses ini,
peneliti mencoba mencari pertanyaan semenarik mungkin tentang Tari Maena.
Seperti : bagaimana asal-usul Tari Maena? Apa fungsi Tari Maena? Apa saja aspek
dalam Tari Maena? Dan apa makna semiotika dari Tari Maena (gerakan dan syair)?
3) Alasan
topik dipilih
Peneliti memilih Tari
Maena sebagai obyek penelitian karena tari Maena merupakan tarian khas daerah
Nias yang mempunyai keunikan tersendiri dalam setiap gerakan dan syairnya yang
di lakukan secara massal dan tanpa membatasi umur.
- Merumuskan
penelitian dengan mempertimbangkan topik, tujuan dan alasan mengapa topik
diputuskan untuk dikaji.
- Dalam pengolahan data
ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif
interpretative dengan analisis semiotika.
- Tahap klasifikasi data
- Identifikasi data : yaitu penetapan dan penentuan
tentang Tari Maena pada kelompok Tari maena yang akan diteliti. Akan tetapi
yang ditekankan pada penelitian ini yaitu makna gerakan yang disertai dengan
identifikasi petanda lain seperti, iringan musik dan syair (audio) yang
dilantunkan dalam Tari Maena dengan pertimbangan sesuai rumusan masalah.
- Menetapkan pola semiosis dengan
mempertimbangkan hierarki, sekuen ataupun pola semiosis serta kekhasan gerakan
yang terdapat dalam Tari Maena.
Dengan artian data yang
sudah diidentifikasi, yaitu gerakan (visual) dan syair (audio) dalam Tari
Maena akan dipaparka oleh peneliti dengan jelas, dan sesuai dengan metode yang
sudah dipilih dan ditetapkan oleh peneliti, yaitu dengan analisis semiotika
Roland Barthes.
E. METODE PENELITIAN
Untuk memudahkan
pembuatan penilitian ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian,
antara lain:
a) Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan paradikma kritis yang mendefinisikan ilmu social sebagai
suatu proses yang secara kritis berusaha mengungkapkan kenyataan dibalik ilusi,false
need yang dinampakkan dunia materi, dengan tujuan membantu membentuk suatu
keadaan sosial agar dapat memperbaiki dan merubah kondisi kehidupan manusia.
Paradigma kritis
merupakan suatu cara pandang terhadap realitas sosial yang senantiasa diliputi
rasa curiga dan kritis terhadap realitas tersebut. Selain itu dalam melihat
realitas, yang dilakukan adalah melihat dalam konteks kesejarahannya
(historis). Karena dalam penelitian ini, peneliti ingin mengungkapkan makna
gerakan dan syair Maena yang terdapat dalam seni.
Adapun jenis penelitian
ini adalah menggunakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan
fenomena dengan sedalam-dalamnya, lebih pada kedalaman dari pada keluasan. Dan
data yang digunakan merupakan data kualitatif, yaitu data yang tidak
menggunakan angka-angka. Penelitian ini bersifat deskriptif interpretative
dengan menggunakan jenis telaah Semiotik Kultural, yakni semiotik yang khusus
menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu
khususnya nias.
Tari Maena merupakan
sebuah tarian yang dalam setiap gerakannya berisi tanda-tanda atau simbol bagi
masyarakat Nias . Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah interaksi
analisis simbolik berdasarkan atas konsep Herbert Blumer dengan menafsirkan
gerak dan tindakan sesuai dengan arti.
b) Penelitian
Kepustakaan (Library Research)
Adalah penelitian untuk mendapatkan sumber
informasi menyangkut Tari Maena melalui data-data dari buku atau tulisan
lainnya yang mendukung pembahasan.
c) Penelitian
Lapangan (Field Research)
Adalah penelitian yang
dilakukan untuk mendapatkan sumber informasi berhubung terkait dengan objek
kajian Tari Maena. Informasi didapat dengan cara melakukan wawancara kepada pihak-pihak
terkait, kepada kepala adat, para tetua susku nias, masyarakat dan anak muda,
dan tokoh-tokoh terkait yang mengerti seluk beluk tentang tarian.
F. Teknik
penarikan sampling
Dalam penelitian ini
penulis memakai teknik penarikan Purposive Sampling Pengertian Purposive Sampling atau Definisi
Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Kenapa saya mengambil purposive sampling karana penentuan sampelnya
dengan menggunakan pertimbangan tertentu, contohnya untuk meneliti suatu
kualitas makanan maka sampel yang di ambil adalah orang yang ahli dalam
makanan, seperti halnya dalam penelitian
ini untuk melakukan penarikan sampling makna tari Maena, maka sampel
sumber datanya adalah ahli adat dalam tari Maena. Sampel ini lebih cocok
digunakan untuk Penelitian Kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan
generalisasi.
G. Teknik
pengumpulan data
Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena sangat
mempengaruhi hasil akhir penelitian dan kebenaran data yang didapat. Untuk
mendapatkan data yang akurat, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan cara melalui dokumentasi, wawancara, serta observasi.
a.
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan
data yang berdasarkan pada buku, foto, laporan penelitian, majalah, surat
kabar, situs internet dan sebagainya yang dianggap relevan dalam penelitian
ini. Adapun sumber data yang diperoleh adalah:
b.
Wawancara adalah teknik pengumpulan data
dengan cara menggali informasi dari seseorang yang dapat dijadikan sumber
terpercaya. Adapun penggunaan wawancara dalam penelitian ini bertujuan agar
data yang dikumpulkan menjadi berkembang, dan memperjelas data yang diperoleh
dari cara dokumentasi.
c.
Observasi merupakan teknik yang
dilakukan peneliti dengan cara terlibat langsung dalam aktivitas keseharian
subyek yang diteliti untuk mendekatkan diri antara peneliti dan yang diteliti.
Dalam hal ini, peneliti akan melakukan observasi terhadap tetua adat dan para
sanggar budaya di Nias
H. Teknik
analisis data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting
selain pengumpulan data, karena proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Adapun jenis penelitian analisis
semiotika, menggunakan model Roland Barthes, yaitu model sistematis dalam
menganalisis makna dengan tanda-tanda. Focus perhatiannya tertuju pada
signifikasi dua tahap:
a. Signifikasi
pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified.Dalam
sebuah tanda tahap realitas eksternal Barthes menyebutnya sebagai denotasi,
yaitu makna penting nyata dari sebuah tanda. Sedangkan
b. signifikasi tahap kedua yang menggambarkan
interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari
pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya, disebut sebagai konotasi.
I. Teknik
keabsahan data
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keabsahan data penelitian kualitatif. yaitu: nilai
subyektivitas, metode pengumpulan dan sumber data penelitian. Banyak
hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu
subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan
observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan
apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan
mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh
karena itu, dibutuhkan beberapa cara untuk meningkatkan keabsahan data
penelitian kualitatif, yaitu: kredibilitas, transferabilitas dan konfirmitas.
a.
Kredibilitas
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau
dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi
yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan
dengan hasil penelitian lain, dan member check. Cara memperoleh tingkat
kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
-
Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat
menguji informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden
terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
-
Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
-
Triangulasi, Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut.
-
Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos
hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik
dengan rekan-rekan sejawat.
-
Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan
dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek
analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta denganmengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang data.
b.
Transferabilitas
Yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain. Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada tingkat
konsistensi peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan
konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
c.
Konfirmabilitas
Yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan
kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan
dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil
penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam
penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Dalam penelitian
ini peneliti memperhatikan nilai-nilai subjektifitas dan sumber data yang dapat
di pertanggung jawabkan olah peneliti. Melalui observasi, wawancara.
J. Instrumen
penelitian
Instrumen penelitian adalah
semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu
masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data
secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau
menguji suatu hipotesis.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan
dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap petanyaan
penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris, dan untuk maksud
inilah dibutuhkan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan ditentukan oleh
variabel-variabel yang ada dalam hipotesis. Data itu dikumpulkan oleh sampel
yang telah ditentukan sebelumnya. Sampel tersebut terdiri atas sekumpulan unit
analisis sebagai sasaran penelitian. Secara sederhana, pengumpulan data
diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap
atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian
sesuai dengan lingkup penelitian.
Menurut
Suharsimi Arikunto (2006:1630 bahwa metode penelitian adalah cara yang dugunakn
oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, sedangkan instrument
penelitian adalah alat atau fasilitasyang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannyalebih mudah, dan hasilnya lebih baik,dalam
arti lebih cermat,lengkap, dan sistematis sehinggalebih mudah diolah.
Instrumen
penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Instrumen pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Instumen sebagi alat bantu
dalam menggunakan metode pengumpulan data merupakan sarana yang dapat diwujudkan
dalam benda, misalnya angket, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman
observasi, skala dan sebaginya.
Menurut
Suharmi Arikunto (2006:149) ada beberapa instrument yang namanya sama dengan
metodenya,antarlain adalah:
1)
Instrument untuk metode tes adalah tes atau soal tes
2)
Instrument untuk metode angaket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner
3)
Instrument untuk metode observasi adalah chek – list
4)
Instrument untuk metode observasi adalah pedoman observasi atau dapat juga chek
– list
Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa pengertian pengumpulan data dan instrumen
penelitian adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengungkap berbagai
fenomena yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan berbagai cara dan
metode agar proses ini berjalan secara sisitematis dan lebih dapat dipertanggung
jawabkan kevaliditasnya. Dalam penelitian peneliti menggunakan instrumen untuk
metode observasi, dengan wawancara dan foto sebagai dokumentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Teori komunikasi W. Littlejohn. Stephen dan A. Foss. Karen
Metode
penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D
Prof.Dr. Sugiyono penerbit ALFABETA
www.pengertian teori semiotika
Model Analisis Semiotik
Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes
Suharmi Arikunto (2006:149) ada beberapa instrument penelitian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar